Selasa, 10 Juni 2014

Skin Graf



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Bedah tandur alih kulit/cangkok kulit (transplantasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan. Istilah bedah rekonstruksi untuk pada masyarakat umum sering salah diartikan atau salah ditafsirkan dengan bedah estetik atau bedah kosmetik, yang sebenarnya merupakan tindakan bedah yang bertujuan merubah sesuatu yang pada hakekatnya normal namun ingin merubahnya menjadi sesuatu yang diinginkan. Contoh bedah estetik antara lain yaitu isap-lemak (liposuction) dan pembedahan mengencangkan kulit.
Tandur alih/cangkok kulit umumnya merupakan auto-transplantasi dimana kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengurangi seminimal mengkin reaksi penolakan yang dapat timbul. Metode baku yang digunakan dalam cangkok kulit, yaitu split cangkok kulit, transposisi, flap bertangkai, dan cangkok jaringan bebas.
Split cangkok kulit (skin grafting) merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuhnya, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung, atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang bila direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali hingga 6-9 kali luas semula. Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain, pendarahan pada daerah resipien (daerah yang pendapat kulit cangkokan) harus baik, tidak adanya infeksi, dan keadaan umum penderita.
1.2    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang skin graf dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut.
1.3    Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
1.    Melakukan pengkajian pada klien dengan skin graf
2.    Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan skin graf
3.    Merencanakan tindakan keperawatan pada klien skin graf
4.    Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan skin graf
5.    Melakukan evaluasi pada klien dengan skin graf
6.    Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada klien dengan skin graf
1.4    Manfaat Penulisan
 Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a.    Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b.    Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c.    Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem integumen
1.5    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
a.       Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.
b.      Bagian isi terdiri dari
BAB I             Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II            Tinjauan Teori, meliputi: Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen, Definisi Skin Garf, Tujuan Skin Graf, Macam-macam Skin Graf, Daerah Donor dan Daetah Resipien Skin Graf, Masa Penyembuhan, Indikasi Skin Graf, Prosedur Perawatan Luka dan Perawatan Skin Graf, Komplikasi Skin Graf dan Pemeriksaan Diagnostik.
BAB III          Asuhan Keperawatan meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan
BAB IV          penutup meliputi: simpulan dan saran
c.    Bagian akhir,berisi daftar pustaka yang di gunakan penulis dalam mencari resensi buku













BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Skin Graf
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).
Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien) (Heriady,2005).
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka ( Blanchard, 2006:1).
Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut.( Harnawati,2008 )

2.2  Tujuan Skin Graf
Tujuan dilakukan skin graft adalah :
a. Tujuan umum :
Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan.
b. Tujuan khusus :
1)        Mempercepat penyembuhan luka
2)        Mencegah kontraktur
3)        Mengurangi lamanya perawatan
4)        Memperbaiki defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit
5)        Menutup daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana kulit sekitarnya tidak cukup menutupinya (Harnawati, 2008)

2.3  Klasifikasi
Macam-macam skin graft menurut Lin Blanchard dan Lumsden (2006) antara lain:
a.    Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang yang sama.
b.    Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
c.    Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua spesies yang berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2 yaitu:
a.    Split Thicknes Skin Graft ( STSG )
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
1)   Tipis (0,005 - 0,012 inci)
2)   Menengah (0,012 - 0,018 inci)
3)   Tebal (0,018 - 0,030 inci)
Keuntungan STSG antara lain:
1)   STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot.
2)   STSG juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.
3)   Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh.
Dampak negative STSG antara lain:
1)   Aliran pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak
2)    STSG tidak tahan dengan terapi radiasi
3)   STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap.
4)   Dapat kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan.
5)   Luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah resipien. (Yusuf Heriady, 2005)
Ada beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin graft dengan jenis STSG, antara lain:
1)        Pemotongan
Untuk memperoleh hasil pemotongan terbaik pada graft tentunya harus ditunjang dengan teknik pemotongan yang benar. Pemotongan pada STSG dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu:
a)    Mata pisau dermatom
Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau dermatom, yang mampu memotong pada graft yang luas dengan ketebalan yang sama. Dermatom dapat dioperasikan dengan tenaga udara atau manual. Dermatom yang biasa digunakan termasuk Castroviejo, Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan Zimmer. Tanpa memperhatikan alat yang digunakan, anestesi yang cukup harus segera ditentukan karena pemotongan pada skin graft merupakan prosedur yang dapat menyebabkan nyeri. Lidocain dengan epinefrin disuntikkan ke daerah donor untuk mengurangi hilangnya darah dan memberikan turgor kulit yang bagus sehingga dapat membantu dalam pemotongan.
b)    Drum Dermatom
Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-akhir ini jarang digunakan tetapi masih tersedia untuk keperluan pemindahan kulit tertentu. Alat ini memiliki mata pisau yang bergerak dengan tenaga manual seperti drum yang berputar diatas permukaan kulit. Alat ini dapat digunakan lembaran kulit yang luas dengan ketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada daerah donor dengan kecembungan, kecekungan atau keadaan tulang yang menonjol (leher, panggul, pantat), karena potongan kulit yang pertama menempel pada drum dengan menggunakan lem khusus atau plester pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola yang tidak teratur dengan tepat untuk dipotong dengan perubahan pola yang diinginkan dengan direkatkan pada kulit dan drum. Kerugian dari penggunaan alat ini adalah kemungkinan terjadinya cedera pada operator sendiri akibat ayunan mata pisau, penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau aseton untuk membersihkan daerah donor dan memindahkan permukaan minyak untuk memastikan terjaminnya perlekatan yang kuat antara kulit dan drum dermatom serta diperlukannya teknik keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan peralatan operasi dengan aman dan efektif
c)    Free-Hand
Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah free hand dengan pisau. Meskipun ini metode ini dapat dilakukan dengan pisau bedah, alat yang lain seperti pisau Humby, mata pisau Weck dan pisau Blair. Kelemahan dari metode ini adalah tepi graft menjadi tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama seperti drum dermatom, keahlian teknik sangat diperlukan dan perawatan kualitas graft lebih bergantung pada operator daripada menggunakan dermatom yang menggunakan tenaga listrik atau udara.
d)   Dermatom dengan tenaga udara dan listrik
Bila menggunakan dermatom jenis ini, ahli bedah harus terbiasa dengan pemasangan mata pisau dan bagaimana mengatur ketebalan graft serta memeriksa peralatan sebelum operasi dimulai. Terdapat dua pemahaman yang tepat dan kurang tepat mengenai mata pisau. Hal ini akan membingungkan bagi anggota ruang operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan mata pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015 inci dan dapat digunakan untuk memeriksa penempatan ketebalan yang sama dan tepat.
Langkah awal pada proses pemotongan adalah dengan mensterilisasi daerah donor menggunakan betadine atau larutan garam yang lain. Kemudian daerah donor diberi minyak mineral untuk melicinkan kulit dan dermatom sehingga dermatom akan mudah bergerak diatas kulit. Dermatom dipegang dengan tangan dominan dengan membentuk sudut 30-45º dari permukaan daerah donor. Tangan yang tidak dominan berfungsi sebagai penahan dan diletakkan di belakang dermatom. Asisten operasi bertugas sebagai penahan pada bagian depan dermatom, memajukan dan mengaktifkan dermatom dengan lembut serta melanjutkan gerakan pada seluruh permukaan kulit dengan tekanan yang menurun dengan lembut. Setelah ukuran yang sesuai dipotong, dermatom dimiringkan menjauhi kulit dan diangkat dari kulit untuk memotong tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila pada proses pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan lemak, ini mengindikasikan bahwa insisi yang dilakukan terlalu ke dalam atau mungkin karena teknik yang salah dalam pemasangan dermatom.
2)    Pelubangan
Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft hingga 9 kali permukaan area donor. Teknik ini juga sangat berguna jika kulit donor tida cukup untuk menutup area luka yang luas, misalnya pada luka bakar mayor atau ketika daerah resipien memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft dilubangi agar cairan pada luka dapat keluar melalui graft daripada berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian graft ini tidak akan dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft. Bila telah mengalami proses penyembuhan, graft akan tampak seperti kulit buaya. Karena teknik ini kurang baik dari segi estetika dan terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka penggunaan teknik ini harus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah, tangan dan area lain yang terlihat.
3)    Pemasukan graft
Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah mengamati hemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian graft ditempatkan pada dasar luka. Pada tahap ini perhatian harus difokuskan pada sisi bawah kulit. Meskipun terlihat sederhana dan nyata, dermis dan epidermis kadang tampak serupa bila tidak dilakukan inspeksi dengan sangat dekat dan teliti pada kulit individu yang berwarna terang. Perawatan juga harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan atau peregangan yang berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar diletakkan dengan benar pada daerah resipien untuk menjamin perlekatan dasar serta proses penyembuhan. Tahap ini diakhiri dengan penjahitan atau penggunaan staples untuk menjaga agar graft menempel kuat pada kulit disekitar dasar luka. Staples sangat berguna untuk luka yang lebih dalam daripada permukaan kulit sekitarnya. Efek dari penggunaan staples adalah rasa nyeri yang hebat dan dapat mengganggu perlekatan graft pada luka ketika dilakukan pengambilan kira-kira 7 – 10 hari setelah operasi.Kemampuan penyerapan benang juga perlu diperhatikan. Biasanya benang dengan empat sudut digunakan untuk menahan graft dengan beberapa pertimbangan, kemudian penjahitan dilakukan disekitar perifer. Ini membantu sebagai jalan keluar pertama jarum melewati graft kemudian melalui margin disekitar luka untuk mencegah pengangkatan graft dari dasar luka.
4)    Pembalutan
Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang sama pada seluruh area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga bertujuan untuk mengimobilisasikan area graft dan mencegah pembentukan hematom pada bagian bawah graft. Pembalutan awal dilakukan pada daerah resipien segera setelah pemindahan kulit dilakukan dan baru diganti setelah 3 hingga 7 hari berikutnya. Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada seluruh daerah graft hingga skin graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak melekat. Kemudian diatasnya dipasang kasa absorben untuk menyerap darah atau serum dari luka. Kasa selaput (seperti Op-Side) dapat digunakan untuk memberikan manfaat tertentu, yaitu kasa ini bersifat transparan dan memungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa menggangu kasa pembalutnya semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena kasa pembalut tersebut tidak menyerap air. Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi selanjutnya adalah regenerasi termasuk pertumbuhan kembali rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Pada prosedur STSG, kelenjar keringat tidak akan dapat sembuh secara total sehingga akan berdampak pada masalah pengaturan panas. Tidak adanya kelenjar sebasea pada kulit dapat menyebabkan kulit menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya dilakukan pemberian lotion dengan frekuensi sering.( Ajat, 2009 )
b.    Full Thickness Skin Graft ( FTSG )
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur atau susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi atau bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG. (Yusuf Heriady, 2005)

2.4  Daerah Donor Skin Graf

          Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan (Revis, 2006:4).
Menurut Heriady (2005), daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia minora (Rives, 2006:5).
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha (Heriady, 2005:2).
Daerah donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan bantuan untuk merawat luka.
Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.

2.5  Daerah Resipien Skin Graft
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu menerima serta memelihara graft itu sendiri.Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau ketidakcukupan arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup (Rives, 2006:5).
Luka juga harus bebas darijaringan yang mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm² akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.
2.6  Komplikasi

Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):
1. Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
2. Reaksi penolakan terhadap skin graft
3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
4. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
5. Munculnya jaringan parut
6. Hiperpigmentasi
7.  Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996:60).
Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer, 2002:214).
 Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
8. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma, 2006:1).
9. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
2.7  Masa Penyembuhan
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
b. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2-3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat  hingga 30-50%.
c. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
d. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai graft.
e. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
f. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa tahun.
g. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.( Harnawati, 2008 )
2.8  Indikasi Skin Graf
Skin graft dilakukan pada pasien  yang mengalami kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.( Zipamai, 2012 )
2.9  Prosedur Perawatan Luka dan Perawatan Skin Graf
a.    Urutan perawatan luka
1)   Buka balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering atau lengket.
2)   Luka dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas NaCl 0,9%
(normal salin).
3)   Keringkan dengan kasa steril
4)   Beri zalk silver sulfadiazine pada luka (0.5 cm)
5)   Tutup dengan menggunakan gaas steril.
b.    Perawatan luka pada donor
1)   Luka pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak
bebas
2)   Bila menggunakan Bioskin buka pada hari ketiga. Jika bioskin kering bersihkan dengan savlon 1% dan biarkan bioskin tetap menempel dan tutup dengan gaas steril.
3)   Amati tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,
4)   lepaskan bioskin dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas steril, rawat setiap hari.
5)   Luka donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu post operasi. Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.
c.    Perawatan skin graft
1)   Bagian skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada tanda infeksi segera buka.
2)   Buka balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl jangan dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset, 1untuk menekan dan yang lainnya untuk melepaskan. Jika terjadi perdarahan tekan daerah tersebut sampai perdarahan berhenti dan laporkan jika berlanjut.
3)   Bersihkan skin graft dengan savlon 1%.
4)   Bila ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus). Pus dibersihkan dengan bethadine.
5)   Jika cairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan gulung perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.
6)   Tutup dengan gaas steril dan elastis verban.
7)   Ganti verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan buka jahitan pada hari ke 14.
8)   Perhatikan jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).
9)   Rehabilitasi latihan latihan setelah skin graft benar-benar lengket.(Harnawati, 2008)
2.10     Pemeriksaan Diagnostik
a)         LED : Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi
b)        Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan kekiri” diduga proses infeksi
c)         Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial
d)        Ultrasound Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
e)         Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas
f)         SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cedera
g)        Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal
h)        Glukosa Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap stress
i)          Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan
j)          BUN / Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan
k)        Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme penyebab
l)          Fotografi area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss (Harnawati, 2008)








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada keadaan kulit pasien antara lain:
a.       Kaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit dinilai dengan palpasi.
b.      Kaji sirkulasi pada kulit, dengan tujuan untuk memperoleh data apakah telah terjadi komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk memantau kelangsungan hidup graft pada daerah resipien. Bila graft berwarna merah muda, hal ini menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan terjadinya hipoksia seluler atau sel kekurangan oksigen dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir serta membran mukosa
3.2. Diagnosa Keperawatan
1.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan (kehilangan integritas jaringan).
2.    Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi, stress, ansietas.
3.    Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.
4.    Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah atau emboli lemak, perubahan membran alveolar atau kapiler.
5.    Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri
6.    Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan donor berhubungan dengan skin graf dan mobilisasi.
7.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah informasi atau tidak mengenal sumber informasi.
8.    Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi.
9.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graf
10.     Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3.3. Intervensi Keperawatan
a.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan (kehilangan integritas jaringan)
Tujuan:
Mencegah terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam.
Intervensi
Rasional
Pantau TTV dan tanda-tanda infeksi.
Perubahan tanda vital mengindikasikan ada infeksi.
Kaji nilai-nilai Lab terutama LED.
Untuk mengetahui adanya tingkat infeksi
Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan warna kulit kecoklatan, bau drainage yang tak sedap atau asam
Tanda perkiraan infeksi gas gangren
Pertahankan tindakan isolasi dgn teknik isolasi.
Mencegah penyebaran kuman / mikroorganisme agar tidak terjadi infeksi silang
Rawat luka dengan cara aseptic steril
Meminimalkan Infeksi.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topikal.
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme.
Pantau adanya sepsis, demam, Takhipnoe.
Sepsis, demam, takhipnoe menandakan Infeksi
b.      Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak, imobilisasi, stress, ansietas
Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang atau berkurang, Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan cepat. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.
Intervensi
Rasional
tutup luka sesering mungkin
Perubahan suhu dan paparan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung syaraf
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan intensitas ( skala 0 – 10 )
Perubahan lokasi / karakter dan intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan

Kurang tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri / kemampuan koping menurun.
Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping
Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi
Memfokuskan kembali perhatian ,meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ketergantungan farmakologis
Tinggikan ektrimitas secara periodik
Setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidak nyamanan serta resiko kontraktur
c.       Resiko tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus, hipovolemia.
Tujuan :
Mempertahankan perfusi jaringan.
intervensi
rasional
Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.
Kembalinya warna cepat (3 – 5 detik), warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
Lakukan pengkajian neuromuscular , perhatikan fungsi motorik/sensori.

Gangguan perasaan bebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi syaraf tidak adekuat atau syaraf rusak.
Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jari pertama dan kedua dan kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari bila diindikasikan.
Panjang dan posisi syaraf parineal meningkatkan resiko cedera pada adanya fraktur kaki, edema/sindrom kompartement, atau melapisi alat traksi.
Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan/pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan bandingkan dengan yang tak cedera.
Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada pembengkakan jaringan/edema umum tetapi menunjukkan perdarahan.
Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat, sianosis, kulit dingin.
Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.

Menurunkan edema atau  pembentukan hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi.
Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi.
Membantu dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keefektifan terapi penggantian.
d.      Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah atau emboli lemak.
Tujuan :
Mempertahankan fungsi pernafasan yang adekuat.
Intervensi
Rasional
Awasi frekuensi pernafasan
Takipnea, dispnea dan insufisiensi pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan bunyi hiperesonan, juga adanya gemericik, ronchi, mengi, dan inspeksi mengorok/sesak nafas.
Perubahan dalam/adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya komplikasi pernafasan
Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis puting pada aksilla meluas ke abdomen/tubuh, mukosa mulut kantong konjungtiva dan retina.
Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda emboli lemak,. Yang tampak dalam 2 – 3 hari setelah cedera
Berikan tambahan oksigen bila diindikasikan
Meningkatkan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal jaringan
Berikan obat sesuai indikasi, heparin dosis rendah
Blok siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan dengan adanya tromboplebitis.
e.       Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan:
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin mempertahankan posisi fungsional.
Intervensi
Rasional
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilitas.
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan intervensi atau  informasi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak sakit.
kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan massa otot.
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan.
Meningkatkan posisi fungsiinal pada extremita dan mencegah kontraktur.
lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, di awali dgn pasif kemudian aktif.
Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot sendi dan menurunkan kehilangan kalsium dari tulang
Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi pertama.
pada cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat. Sering mengakibatkan penurunan BB, selama traksi tulang ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus dan kekuatan.
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi spesialis.
Untuk membuat aktivitas individual atau program latihan pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang mengandalkan BB.
f.       Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan donor berhubungan dengan skin graf dan mobilisasi.
Tujuan
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi
Rasional
Kaji kulit untuk luka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
Berikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips atau beban atau traksi.
Ubah posisi dengan sering, dorong penggunaan trapeze bila mungkin.
Untuk mengurangi tekanan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit, penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku atau tumit.
Tinggikan area graft bila mungkin atau tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan
Membatasi risiko pemisahan graft. Gerakan jaringan di bawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
Gunakan plester traksu kulit dengan memanjang pada posisi tungkai yang sakit.
Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi pada sirkulasi.
Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
meminimalkan tekanan pada area ini.
g.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah informasi.
Tujuan
Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila diindikasikan.
perlambatan penyembuhan dapat terjadi terhadap ketidaktepatan penggunaan alat ambulasi.
Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memerlukan bantuan.
Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan yang dapat bantuan.
Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi yang sehat
Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.
Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.
Menurunkan resiko infeksi
.)Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh : nyeri berat, demam tinggi, bau tak enak.
Intervensi cepat menurunkan beratnya komplikasi seperti infeksi/gangguan sirkulasi.

h.      Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan
Kebutuhan rawat diri terpenuhi.
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya.
Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam merawat dirinya.
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan anjurkan klien agar dapat mengerjakan sebanyak mungkin untuk dirinya
Perawatan ini membantu memelihara harga diri dan kembali untuk hidup tanpa tergantung kepada orang lain.
Sediakan waktu klien dalam melakukan aktivitas dengan segenap kemampuannya.
Mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan yang dihadapi bila belajar
Berikan pujian terhadap kemampuan yang dicapai oleh klien dalam menolong dirinya.
Untuk memotivasi agar mematuhi program rehabilitasi secara kontinyu.
i.        Gangguan citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graft
Tujuan:
Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
Intervensi
Rasional
Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi.
Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.
Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.
Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang optimal dan rehabilitasi.

j.        Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan:
Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Intervensi
Rasional
Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.
Dapat mengurangi kecemasan dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan atau  pilihan berdasarkan realita.
Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara.
Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat.
menciptakan interaksi personal yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut.
Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat mayor.
Menjamin adanya sistem pendamping bagi pasien dan memberikan kesempatan orang terdekat untuk berpartisipasi dalam kehidupan pasien.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka. Tujuan skin graf adalah untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan. Kulit adalah lapisan luar tubuh kita. Yang sangat penting untuk kehidupan dalam fungsinya untuk pelindung tubuh terhadap kerusakan fisik dan gesekan, juga menerima rangsang dari luar. Kulit dibagi menjadi dua bagian atau lapis yaitu kulit (integumen) lapis luar disebut epidermis dan lapis dalam yang disebut dermis atau korium. Terkadang kulit terkena luka bakar, tergesek benda tajam, malah saat kecelakaan dijalan yang menyebabkan kulit rusak dan harus diganti atau di opersi dengan transplantasi kulit atau pencangkokan kulit. 
Bedah rekonstruksi merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan kecacatan serta kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, penyakit infeksi, atau kecelakaan. Salah satu contoh tindakan bedah ini adalah cangkok kulit (transplantasi kulit/cangkok kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan.
4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:
1.    Untuk klien sebaiknya melakukan perawatan yang benar agar tidak terjadi infeksi dan kecacatan pada daerah yang di lakukan skin graf.
2.    Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar skin graf dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.
3.    Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan anak yang mengalami skin graf.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar