Selasa, 10 Juni 2014

Carsinoma Colon



BAB 1
 PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah
Kanker kolon merupakan tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika  Serikat. Ini adalah penyakit budaya Barat. Di perkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolon di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar di bandingkan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan pada kolon asenden dan desenden meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar 3 dari 4 pasien dapat di selamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang imtomatis dalam jangka lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. Penyebab nyata dari kanker kolon tidak di ketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga dan diit tinggi lemak, protein, daging serta rendah serat.

1.2    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Carsinoma colon dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tersebut.
1.3    Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
1.    Melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
2.    Menentukan diagnosa keperawatan pada klien penyakit Carsinoma colon
3.    Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
4.    Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
5.    Melakukan evaluasi pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
6.    Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma colon

1.4    Manfaat Penulisan
 Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a.    Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b.    Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c.    Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem pencernaan
1.5    Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
a.       Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.
b.      Bagian isi terdiri dari
BAB I             Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II           Tinjauan Teori, meliputi: Definisi, Etiologi, Patofisiologis Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik, Penatalaksanaan, Pathway
BAB III          Asuhan Keperawatan meliputi: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan
BAB IV          penutup meliputi: simpulan dan saran
c.    Bagian akhir,berisi daftar pustaka yang di gunakan penulis dalam mencari resensi buku


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Definisi Penyakit Carsinoma Colon
Karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk se-sel kulit, testis,ovarium, kelenjar pengekresi mukus, sel pensekresi melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan esofagus.(Corwin, Elizabeth J, 2009)
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan Baru (tumor atau) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).  
Kanker usus besar (karsinoma kolon) adalah jenis kanker yang paling sering terjadi dan merupakan kanker penyebab kematian nomor 2 angka kejadian kanker kolon mulai umur 40 tahun, dan puncaknya pada umur 60-75 tahun. Kanker usus besar lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan kanker rektum lebih sering di temukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari 1 kanker kolorektum pada saat yang bersamaan.
Kanker kolon biasanya di mulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker mulai memasuki dinding usus(kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa terkena). Karena darah dari dinding usus di bawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).

2.2  Etiologi
Penyebab dari penyakit karsinoma:
1. Diet
             Makanan yang banyak mengandung serat, misalnya sayur-sayuran, akan menyebabkan waktu transit bolus di intestine akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Dan angka karsinoma kolon lebih tinggi dikarenakan makanannya kurang mengandung serat dan cenderung banyak makan berlemak dan protein hewani.
2. Kelainan di kolon
        Salah satu contoh dari kelainan kolon yaitu adenoma di kolon ialah bentuk vili dapat mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.  Dan ada juga kolitis ulserativa, dimana mempunyai risiko besar untuk terjadinya kanker kolon.
3. Herediter
             Hasil penelitian menunjukkan anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsinoma kolorektal mempunyaifrekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak-anak yang orang tuanya sehat. (Arjatmo Tjokronegoro,207:2001).

2.3  Klasifikasi
Berdasarkan besar diferensiasi sel, karsinoma kolon dapat di bagi 4 tingkat yaitu:
a.    Grade I       : sel-sel anaplastik tak melebihi 25%
b.    Grade II      : sel-sel anaplastik terdapat antara 25-50%
c.    Grade III    : sel-sel anaplastik terdapat antara 50-75 %
d.   Grade III    : sel-sel anaplastik terdapat lebih dari 75%
                        Selain klasifikasi berdasrkan atas diferensiasi sel, juga dikenal klasifikasi DUKES yang dibagi atas penyebaran sel karsinoma, yaitu:
a.    Stadium I    : neoplasma masih terbatas pada dinding rectum dan kolon.
b.    Stadium II  : terdapat penyebaran ke luar dinding kolon tetapi belum    terjadi metastase ke kelenjar limfe
c.    Stadium III : sudah terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional
d.   Stadium IV : terdapat metastasis ke kelenjar limfe yang agak berjauhan atau ke pleksus limfatikus dank e organ lain, missal : ke hepar, pulmo. (Arjatmo Tjokronegoro,208:2001).

2.4  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul adalah :
a.    Perubahan kebiasaan defekasi (merupakan gejala yang paling sering ditunjukkan), keluar darah bersama dengan feses (merupakan gejala kedua yang paling umum).
b.    Anemia akibat perdarahan sering terjadi, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
c.    Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan melena.
d.   Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram, feses mengecil dan berbentuk seperti pita, konstipasi dan distensi, darah merah segar dalam feses.
e.    Lesi rektal : tenesmus (nyeri rektal, merasakan evakuasi tidak lampias setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian dan darah. (Brunner & Suddarth,306:2002).

2.5  Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati). (Brunner & Suddarth,126: 2001).

2.6  Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah :
a)         Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
b)        Pertumbuhan dan ulserasi dapt juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan menyebabkan hemoragi.
c)         Perforasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses.
d)        Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. (Brunner & Suddarth,1127:2001).

2.7  Penatalaksanaan Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis antara lain:
a.    Endoskopi
            Dengan endoskopi selain untuk menentukan tumor juga berguna untuk menentukan sumber perdarahan. Secara endoskopi umumnya bentuk kanker di kolorektal ialah polipoid yang irregular, anular, seperti bunga kool yang ulseratif. Bahkan dengan endoskopis dapat di tentukan letak obstruksi.
b.    Radiologi
            Pemeriksaan radiologi yang dapat di kerjakan di antaranya ialah: foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dada selain berguna untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke paru, juga biasa digunakan untuk persiapan pembedahan.
c.    Ultrasonografi (USG)
            Pemeriksaan USG ini dimanfaatkan untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening abdomen dan di hati.
d.   Histopatologi
            Setiap melakukan endoskopi, sebaiknya dilakukan biopsy di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
e.    Laboratorium
            Pasien yang mengalami prdarahan perlu diperiksa Hb. Pemeriksaan darah untuk antigen spesifik yang berkaitan dengan kanker kolorektum, terutama antigen karsinoembrionik ( Carcino embryonic antigen, CEA) mungkin bermanfaat untuk identifikasi dini kekambuhan kanker kolon. (Arjatmo Tjokronegoro,210:2001).

2.8  Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan Medis
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.(Brunner & Suddarth,1126:2001).
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakanlesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup striktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
 Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

b.    Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
2.      Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. .(Brunner & Suddarth,1126:2001).
3.      Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan mencakup pendidikan mengenai diet agar dindividu meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar, dan padi-padian untuk meningkatkan massa makanan, mengurangi lemak, dan menyediakan antioksidan sebagai pelindung. (Elizabet J. Corwin,616:2009).
2.9  Pathway
Terlampir


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.         Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-       Kelemahan, kelelahan/keletihan
-       Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
-       Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.         Sirkulasi:
Gejala:
-   Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
-       Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3.         Integritas ego:
Gejala:
-       Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
-       Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
-       Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
-       Menyangkal, menarik diri, marah.
4.         Eliminasi:
Gejala:
-       Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
-       Perubahan bising usus, distensi abdomen
-       Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.         Makanan/cairan:
Gejala:
-       Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
-       Anoreksia, mual, muntah
-       Intoleransi makanan
Tanda:
-       Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6.         Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
-       Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7.         Keamanan:
Gejala:
-       Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
-       Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.         Interaksi sosial
Gejala:
-       Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
-       Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9.         Penyuluhan/pembelajaran:
-       Riwayat kanker dalam keluarga
-       Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
-       Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
-       Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

3.2. Diagnosa Keperawatan
1.      Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
3.      Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
4.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual dan anoreksia
5.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada kolon
6.      Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif insisi bedah
7.      Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
8.      Gangguan citra tubuh  berhubungan kolostomi

3.3. Intervensi Keperawatan
1.      Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif
Tujuan        :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi
Kriteria hasil:
klien melaporkan sudah dapat BAB dengan teratur

Intervensi
Rasional
1.      Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya

2.      Observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah

3.      Berikan cairan adekuat

4.      Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi ahli gizi

5.      Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi.

Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

Membantu feses lunak

Meningkatkan pergerakan usus





Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses



2.      Gangguan rasa nyaman yeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan            :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang
Kriteria hasil  :
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi
Rasional
1.      Kaji skala nyeri

2.      Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

3.      Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal lutut fleksi
4.      Berikan tindakan yang nyaman (pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang

5.      Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, missal: bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang

6.      Berikan obat sesuai indikasi, misal analgesic

Untuk mengetahui tingkatan nyeri

Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik.

Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.


Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.

Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan


Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

3.      Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
Tujuan             :
Setelah dilakukan tindakan keperawaatn selama 3x24 jam diharapkan keletihan klien berkurang dan dapat teratasi
Kriteria hasil   :
Klien mampu beraktivitas yang adekuat
Klien mampu menyeimbangkan antara aktivitas & istirahat
Klien mampu mempertahankan nutrisi yang adekuat

Intervensi
Rasional
1.      monitor aktivitas klien
2.      monitor TTV klien
3.      ajarkan tehnik manajemen aktivitas



4.      penkes klien

5.      kolaborasi dengan tim medis
Kaji aktivitas klien sehari-hari

Kaji suhu, tekanan darah, pernafasan dan nadi klien.
Intruksikan pada klien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan, jelasken pada klien hubungan kekelahan dengan proses penyakit


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan intake makanan tinggi energi


4.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia
Tujuan          :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
klien melaporkan selera makannya meningkat

Intervensi
Rasional
1.      Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi

2.      Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene)

3.      Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4.      Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)



5.      Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera makan

Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan

Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karena malbasorbsi

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna

5.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada kolon
Tujuan       :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri klien sudah berkurang bahkan sudah tidak nyeri lagi
Kriteria hasil  :
klien mengatakan nyeri berkurang
klien bisa mentoleri rasa nyeri
klien mampu istirahat/ tidur

Intervensi
Rasional
1.      Kaji skala nyeri

2.      Lakukan manajemen nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi
3.      Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang.


4.      Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal lutut fleksi

5.      Berikan obat sesuai indikasi, misal analgesic
Untuk mengetahui tingkatan nyeri

Membantu menurunkan stimulasi sensasi nyeri

Menurunkan reaksi tehadap rangsangan eksternal atau sensitifitas terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat
Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control


Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan




6.      Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif insisi bedah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien tidak mengalami infeksi
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda & gejala infeksi
Mampu menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klien Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal 

Intervensi
Rasional
1.      Monitor tanda & gejala infeksi (suhu, kulit kemerahan, leukosit dll)
2.      Batasi pengunjung untuk meminimalkan resiko infeksi
3.      tekankan hygene personal

4.      Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptic

5.      Berikan antibiotic sesuai indikasi

Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi

Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung
Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder
Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksius

Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik pada klien imunosupresi

7.      Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
Tujuan        :
Setelah dilakukan tindakan keperawaatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi
Kriteria hasil :
Klien melaporkan lukanya sudah sembuh atau mulai sembuh / mongering

Intervensi
Rasional
1.      Observasi luka, catat karakteristik drainase


2.      Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic


3.      Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama





4.      Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic

5.      Kalaborasi rendam duduk
Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja.
Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi

Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan.
Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan

Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi


Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan

8.      Gangguan citra tubuh  berhubungan kolostomi
Tujuan       :
setelah dilakukan tindakan keperawaatn selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai situasi, menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative
Kriteria hasil :
klien menyatakan penerimaan tentang kondisi diri dengan baik


Intervensi
Rasional
1.      Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan/atau ostomi perlu untuk diskusikan

2.      Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang ostomi


3.      Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan

4.      Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri

5.      Rencanakan/jadwalkan perawatan dengan pasien



6.      Pertahankan pendekatan positif selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi

7.      Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan berikutnya bila diperlukan
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang situasi pasien.

Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentang mereka tidak perlu/tidak membantu

Dugaan masalah pada pnilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.



Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman situai

Meningkatkan rasa kontroling dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal tersebut, meningkatkan harga diri

Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.


Dapat  memberikan sistem pendukung yang baik


BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
          Kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi feces. Penyebabnya adalah diet, kelainan di kolon, dan herediter. Perubahan kebiasaan defekasi, anemia, lesi sebelah kanan, lesi sebelah kiri, lesi rectal.
Komplikasi yang timbul adalah pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap, pertumbuhan dan ulserasi dapt juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan menyebabkan hemoragi, perforasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses, peritonitis dan atau sepsis

4.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:
1.    Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma colon, agar menjaga pola hidup, nutrisi, dan selalu menjaga kesehatannya.
2.    Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.
3.    Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan anak yang menderita carsinoma colon


Tidak ada komentar:

Posting Komentar