BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kanker kolon merupakan tipe
paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya Barat. Di
perkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolon di diagnosis di negara ini
setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar di
bandingkan kanker rektal.
Insidensnya
meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia 55 tahun) dan
makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon,
penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi
telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal
telah menurun, sedangkan pada kolon asenden dan desenden meningkat.
Lebih
dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar 3 dari 4 pasien dapat di
selamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup
di bawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam
diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang imtomatis dalam jangka lama
dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada
kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. Penyebab nyata dari kanker kolon
tidak di ketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat
atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga dan diit tinggi lemak,
protein, daging serta rendah serat.
1.2
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang
penyakit Carsinoma colon dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit tersebut.
1.3
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami :
1. Melakukan pengkajian
pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
2. Menentukan diagnosa
keperawatan pada klien penyakit Carsinoma colon
3. Merencanakan tindakan
keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
4. Melaksanakan tindakan
keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
5. Melakukan evaluasi
pada klien dengan penyakit Carsinoma colon
6. Mendokumentasikan
semua kegiatan keperawatan pada klien dengan penyakit Carsinoma
colon
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b. Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c. Menambah
pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem pencernaan
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa
bagian. Adapun isi dari tiap-tiap
bagian tersebut adalah:
a.
Bagian
formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi.
b.
Bagian
isi terdiri dari
BAB I Pendahuluan,
meliputi: Latar Belakang Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika
Penulisan
BAB II Tinjauan Teori, meliputi: Definisi, Etiologi,
Patofisiologis Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang dan
Diagnostik, Penatalaksanaan, Pathway
BAB III Asuhan Keperawatan meliputi: Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan
BAB
IV penutup meliputi: simpulan dan
saran
c.
Bagian akhir,berisi daftar pustaka yang di gunakan penulis dalam mencari
resensi buku
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi Penyakit Carsinoma Colon
Karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk
se-sel kulit, testis,ovarium, kelenjar pengekresi mukus, sel pensekresi
melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan
esofagus.(Corwin, Elizabeth J, 2009)
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan Baru (tumor
atau) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa
memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas..
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker usus besar (karsinoma kolon) adalah jenis
kanker yang paling sering terjadi dan merupakan kanker penyebab kematian nomor
2 angka kejadian kanker kolon mulai umur 40 tahun, dan puncaknya pada umur
60-75 tahun. Kanker usus besar lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan
kanker rektum lebih sering di temukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker
kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari 1 kanker kolorektum pada saat yang
bersamaan.
Kanker kolon biasanya di mulai dengan pembengkakan
seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian kanker
mulai memasuki dinding usus(kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa
terkena). Karena darah dari dinding usus di bawa ke hati, kanker kolon biasanya
menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke kelenjar getah bening
di dekatnya.
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh
lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens
bawah, dan kolon sigmoid. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).
2.2
Etiologi
Penyebab dari penyakit
karsinoma:
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung
serat, misalnya sayur-sayuran, akan menyebabkan waktu transit bolus di
intestine akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial karsinogen pada
mukosa lebih singkat. Dan angka karsinoma kolon lebih tinggi dikarenakan
makanannya kurang mengandung serat dan cenderung banyak makan berlemak dan
protein hewani.
2. Kelainan di kolon
Salah satu
contoh dari kelainan kolon yaitu adenoma di kolon ialah bentuk vili dapat
mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma. Dan ada juga kolitis ulserativa, dimana
mempunyai risiko besar untuk terjadinya kanker kolon.
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak yang
berasal dari orang tua yang menderita karsinoma kolorektal mempunyaifrekuensi 3
½ kali lebih banyak daripada anak-anak yang orang tuanya sehat. (Arjatmo Tjokronegoro,207:2001).
2.3
Klasifikasi
Berdasarkan
besar diferensiasi sel, karsinoma kolon dapat di bagi 4 tingkat yaitu:
a. Grade I : sel-sel anaplastik tak melebihi 25%
b. Grade II : sel-sel anaplastik terdapat antara 25-50%
c. Grade III : sel-sel anaplastik terdapat antara 50-75 %
d. Grade III : sel-sel anaplastik terdapat lebih dari 75%
Selain
klasifikasi berdasrkan atas diferensiasi sel, juga dikenal klasifikasi DUKES
yang dibagi atas penyebaran sel karsinoma, yaitu:
a. Stadium I : neoplasma masih terbatas pada dinding rectum dan kolon.
b. Stadium II : terdapat penyebaran ke luar dinding kolon tetapi belum terjadi metastase ke kelenjar limfe
c. Stadium III : sudah terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional
d. Stadium IV : terdapat metastasis ke kelenjar limfe yang agak berjauhan atau ke
pleksus limfatikus dank e organ lain, missal : ke hepar, pulmo. (Arjatmo
Tjokronegoro,208:2001).
2.4
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala
yang timbul adalah :
a. Perubahan kebiasaan defekasi
(merupakan gejala yang paling sering ditunjukkan), keluar darah bersama dengan
feses (merupakan gejala kedua yang paling umum).
b. Anemia akibat perdarahan sering
terjadi, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
c. Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal
tumpul dan melena.
d. Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal
dan kram,
feses mengecil dan berbentuk seperti pita, konstipasi dan distensi, darah merah
segar dalam feses.
e. Lesi rektal : tenesmus (nyeri
rektal, merasakan evakuasi tidak lampias setelah defekasi), konstipasi dan
diare secara bergantian dan darah. (Brunner & Suddarth,306:2002).
2.5
Patofisiologi
Penyebab
jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan
faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat
yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang
beralkohol, khususnya bir.
Kanker
kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain
(paling sering ke hati). (Brunner & Suddarth,126: 2001).
2.6
Komplikasi
Komplikasi yang
timbul adalah :
a)
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial
atau lengkap.
b)
Pertumbuhan dan ulserasi dapt juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon dan menyebabkan hemoragi.
c)
Perforasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan pembentukan
abses.
d)
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. (Brunner
& Suddarth,1127:2001).
2.7
Penatalaksanaan Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan
penunjang diagnostik yang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis antara lain:
a. Endoskopi
Dengan
endoskopi selain untuk menentukan tumor juga berguna untuk menentukan sumber
perdarahan. Secara endoskopi umumnya bentuk kanker di kolorektal ialah polipoid
yang irregular, anular, seperti bunga kool yang ulseratif. Bahkan dengan
endoskopis dapat di tentukan letak obstruksi.
b. Radiologi
Pemeriksaan
radiologi yang dapat di kerjakan di antaranya ialah: foto kolon (barium enema).
Pemeriksaan dada selain berguna untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke
paru, juga biasa digunakan untuk persiapan pembedahan.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan
USG ini dimanfaatkan untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker ke
kelenjar getah bening abdomen dan di hati.
d. Histopatologi
Setiap
melakukan endoskopi, sebaiknya dilakukan biopsy di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
e. Laboratorium
Pasien
yang mengalami prdarahan perlu diperiksa Hb. Pemeriksaan darah untuk antigen
spesifik yang berkaitan dengan kanker kolorektum, terutama antigen
karsinoembrionik ( Carcino embryonic antigen, CEA) mungkin bermanfaat untuk
identifikasi dini kekambuhan kanker kolon. (Arjatmo Tjokronegoro,210:2001).
2.8
Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan Medis
Pembedahan
adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal. Pembedahan
dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop.(Brunner & Suddarth,1126:2001).
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang
baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop
digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian
di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakanlesi kelas A dan semua
kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon
kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah
menyebar dan mencakup striktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe
pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut :
- Reseksi
segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi
sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
Difersi vekal untuk kanker kolon dan
rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV
dan pengisapan nasogastrik.
2.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi
komponen darah dapat diberikan. .(Brunner & Suddarth,1126:2001).
3.
Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan mencakup pendidikan
mengenai diet agar dindividu meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar,
dan padi-padian untuk meningkatkan massa makanan, mengurangi lemak, dan menyediakan
antioksidan sebagai pelindung. (Elizabet J. Corwin,616:2009).
2.9 Pathway
Terlampir
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari;
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan
berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan
karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.
Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada
aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan
tekanan darah.
3.
Integritas
ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan
peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan,
keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan
(alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,
putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol,
depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4.
Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses,
nyeri pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.
Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat,
tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6.
Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan
sampai berat tergantung proses penyakit
7.
Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.
Interaksi
sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat,
lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9.
Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan
gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan
sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas
sehari-hari
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder
akibat obstruksi
3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan mual dan anoreksia
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus
pada kolon
6. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
insisi bedah
7. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
8. Gangguan citra tubuh berhubungan
kolostomi
3.3. Intervensi Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif
Tujuan :
|
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi klien sesuai
kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi
|
Kriteria
hasil:
|
klien melaporkan sudah dapat BAB
dengan teratur
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pastikan kebiasaan defekasi pasien
dan gaya hidup sebelumnya
2. Observasi gerakan usus, warna,
konsistensi, dan jumlah
3. Berikan
cairan adekuat
4. Berikan
makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan
konsultasi ahli gizi
5. Berikan pelunak feses, supositoria
gliserin sesuai indikasi
|
Membantu dalam jadwal irigasi
efektif untuk pasien dengan kolostomi.
Indikator kembalinya fungsi GI,
mengidentifikasi ketepatan intervensi
Membantu feses lunak
Meningkatkan pergerakan usus
Mungkin perlu untuk merangsang
peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses
|
2. Gangguan rasa nyaman yeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder
akibat obstruksi
Tujuan :
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri
berkurang
|
Kriteria
hasil :
|
Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji skala nyeri
2.
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
3.
Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal
lutut fleksi
4.
Berikan tindakan yang nyaman (pijatan punggung, ubah
posisi) & aktivitas senggang
5.
Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, missal: bimbingan
imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang
6. Berikan obat sesuai indikasi,
misal analgesic
|
Untuk
mengetahui tingkatan nyeri
Mencoba untuk mentoleransi nyeri,
daripada meminta analgesik.
Menurukan tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa control.
Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.
Membantu pasien untuk istirahat
lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri
dan ketidak nyamanan
Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan.
|
3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
Tujuan :
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawaatn selama 3x24 jam diharapkan keletihan klien berkurang dan dapat
teratasi
|
Kriteria
hasil :
|
Klien mampu beraktivitas yang
adekuat
Klien mampu menyeimbangkan antara
aktivitas & istirahat
Klien mampu mempertahankan nutrisi
yang adekuat
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
monitor aktivitas klien
2.
monitor TTV klien
3.
ajarkan tehnik manajemen aktivitas
4.
penkes klien
5. kolaborasi dengan tim medis
|
Kaji aktivitas klien sehari-hari
Kaji suhu, tekanan darah,
pernafasan dan nadi klien.
Intruksikan pada klien untuk
mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan, jelasken pada klien hubungan
kekelahan dengan proses penyakit
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
meningkatkan intake makanan tinggi energi
|
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
anoreksia
Tujuan :
|
setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
|
Kriteria
hasil :
|
klien melaporkan selera makannya meningkat
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pertahankan tirah baring selama
fase akut/pasca terapi
2. Bantu perawatan kebersihan rongga
mulut (oral hygiene)
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam
bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan
sesuai indikasi (roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian
nutrisi parenteral.
|
Menurunkan kebutuhan metabolik
untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Meningkatkan kenyamanan dan selera
makan
Asupan kalori dan protein tinggi
perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan
Pemberian preparat zat besi dan
vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk
mengatasi defisiensi karena malbasorbsi
Pemberian peroral mungkin
dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna
|
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus
pada kolon
Tujuan :
|
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri klien sudah berkurang bahkan
sudah tidak nyeri lagi
|
|
Kriteria hasil :
|
klien mengatakan nyeri berkurang
klien bisa mentoleri rasa nyeri
klien mampu istirahat/ tidur
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1. Kaji
skala nyeri
2. Lakukan
manajemen nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi
3. Usahakan
membuat lingkungan yang aman dan tenang.
4. Izinkan pasien untuk memulai
posisi yang nyaman, misal lutut fleksi
5. Berikan obat sesuai indikasi,
misal analgesic
|
Untuk
mengetahui tingkatan nyeri
Membantu menurunkan stimulasi sensasi nyeri
Menurunkan
reaksi tehadap rangsangan eksternal atau sensitifitas terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat
Menurukan tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa control
Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan
|
|
6. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
insisi bedah
Tujuan :
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien tidak mengalami infeksi
|
Kriteria hasil :
|
Klien bebas dari tanda &
gejala infeksi
Mampu menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Klien Menunjukkan perilaku hidup
sehat
Status imun gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas normal
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Monitor tanda & gejala infeksi (suhu, kulit kemerahan,
leukosit dll)
2.
Batasi pengunjung untuk meminimalkan resiko infeksi
3.
tekankan hygene personal
4.
Hindari/batasi prosedur invasif.
Taati teknik aseptic
5.
Berikan antibiotic sesuai indikasi
|
Untuk
melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi
Lindungi
klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung
Mengurangi
risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder
Menurunkan
risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksius
Mungkin
digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara profilaktik
pada klien imunosupresi
|
7. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
Tujuan :
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawaatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka
tepat waktu dan bebas tanpa infeksi
|
Kriteria
hasil :
|
Klien melaporkan lukanya sudah
sembuh atau mulai sembuh / mongering
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Observasi luka, catat karakteristik drainase
2.
Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic
3.
Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk
lama
4.
Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan
garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic
5.
Kalaborasi rendam duduk
|
Perdarahan pascaoperasi paling
sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja.
Sejumlah besar drainase serosa
menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan
potensial ptensi
Meningkatkan drainase dari luka
parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan.
Duduk lama meningkatkan tekanan
parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan
Diperlukan untuk menginflamasi/
infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi
Meningkatkan kebersihan dan
memudahkan penyembuhan
|
8. Gangguan citra tubuh berhubungan
kolostomi
Tujuan :
|
setelah dilakukan tindakan keperawaatn
selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai situasi,
menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative
|
Kriteria
hasil :
|
klien menyatakan penerimaan
tentang kondisi diri dengan baik
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pastikan apakah konseling dilakukan
bila mungkin dan/atau ostomi perlu untuk diskusikan
2. Dorong pasien/orang terdekat untuk
menyatakan perasaan tentang ostomi
3. Catat perilaku menarik diri.
Peningkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan
4. Berikan kesempatan pada pasien
untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri
5. Rencanakan/jadwalkan perawatan
dengan pasien
6. Pertahankan pendekatan positif
selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi
7. Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat
perjanjian untuk kunjungan berikutnya bila diperlukan
|
Memberikan informasi tentang tingkat
pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang situasi pasien.
Membantu pasien untuk menyadari
perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentang mereka tidak
perlu/tidak membantu
Dugaan masalah pada pnilaian yang
dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.
Ketergantungan pada perawatan diri
membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman situai
Meningkatkan rasa kontroling dan
memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal tersebut,
meningkatkan harga diri
Bantu pasien/orang terdekat untuk
menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
Dapat memberikan sistem pendukung yang baik
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Kanker
kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau
rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum,
asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi feces. Penyebabnya adalah diet,
kelainan di kolon, dan herediter. Perubahan kebiasaan defekasi, anemia, lesi
sebelah kanan, lesi sebelah kiri, lesi rectal.
Komplikasi
yang timbul adalah pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial
atau lengkap, pertumbuhan dan ulserasi dapt juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon dan menyebabkan hemoragi, perforasi dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan pembentukan abses, peritonitis dan atau sepsis
4.2 Saran
Dari kesimpulan
di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:
1. Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma
colon, agar menjaga pola hidup, nutrisi, dan selalu menjaga kesehatannya.
2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai
calon perawat, agar mempelajari konsep dasar penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.
3.
Mahasiswa
harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan anak yang
menderita carsinoma colon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar